1. Unsur-unsur Terapi
A. Munculnya
Gangguan
Rogers tidak
memfokuskan diri untuk mempelajari “tahap” pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian, namun dia lebih tertarik untuk meneliti dengan cara yang lain
yaitu dengan bagaimana evaluasi dapat menuntun untuk membedakan antara
pengalaman dan apa yang orang persepsikan tentang pengalaman itu sendiri. Bila
seseorang, antara “self concept”nya dengan organisme mengalami keterpaduan,
maka hubungan itu disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya maka disebut
Inkongruen (tidak cocok) yang bisa menyebabkan orang mengalami sakit mental,
seperti merasa terancam, cemas, defensive dan berpikir kaku serta picik.
B. Tujuan
Terapi
Terapis tidak boleh memaksakan
tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari
terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis
memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan –
perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan
perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang
tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan
kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa
memberi penilaian
C. Peran
Terapis
Menurut rogers seorang
terapis harus genuine dan tidak bersembunyi dibalik perilaku
defensif.Mereka harus membiarkan klien memahami perasaannya sendiri. Terapis
juga harus berusahamemahami dunia klien. Terapis juga harus bisa membuat
klien merasa nyaman dalam prosesterapi. Rogers memandang proses terapeutik
sebagai model dari hubungan interpersonal, hal inilah yang mendasari ia
memformulasikan teori tentang hubungan interpersonal yang diringkassebagai
berikut:
a) Minimal dua orang yang bersedia terjadinya kontak.
b) Masing-masing mampu
dan bersedia untuk menerima komunikasi dari yang lainnya.
c) Berhubungan terus menerus dalam beberapa jangka waktu
2. Teknik-teknik Terapi
Rogers
menjadi pelopor riset ilmiah dalam konseling dan psikoterapi. Pendekatan yang dipakainya
antara lain content analysis, rating scale, dan Q-techniques. Analisis isi (content
analysis) adalah prosedur menganalisis verbalisasi klien (merekam, mengklasifikasi,
menghitung pernyataan klien) untuk menguji berbagai hipotesis atau proposisi
tentang hakekat kepribadian,atau meneliti perubahan konsep diri yang
terjadi dalam terapi. Skala rating (rating scale) dipakai untuk meneliti
kualitas hubungan terapi. Rating dilakukan oleh klien secara bebas menurut
apayang dirasakannya. Q-tecniques adalah model asesmen untuk meneliti pandangan
orang tentangdirinya sendiri. Q-sort atau Q-tecniques adalah self rating,
sehingga mungkin sekali timbul defensiveness usaha tampil yang dapat diterima,
yang baik, dimata dirinya sendiri dan orang lain.
3. Konsep Dasar Pandangan Rogers Tentang
Kepribadian
Carl
Ransom Rogers (1961), seorang tokoh utama dalam penciptaan psikologi
humanistik, membangun teori dan praktek terapinya di atas konsep tentang
“pribadi yang berfungsi penuh”yang sangat mirip dengan “orang yang
mengaktualkan diri” yang dikemukakan oleh Maslow. Rogers mempercayai dapat
dipercayanya sifat manusia dan memandang gerak ke arah berfungsi penuh
sebagai suatu kebutuhan dasar. Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai
reaksi terhadap apa yangdisebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari
psikoanalisis. Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self,sehingga
dapat dikatakan self merupakan satu-satunya sruktur kepribadian yang
sebenarnya. Self ini dibagi 2 yaitu : Real Self dan Ideal Self. Real Self
adalah keadaan diri individu saat ini,sementara Ideal Self adalah keadaan diri
individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atauapa yang ingin
dicapai oleh individu tersebut. Perhatian Rogers yang utama adalah
bagaimanaorganisme dan self dapat dibuat lebih kongruen.
Sumber : Samsyu Yusuf dan Juntika
Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda
Jarvis, Matt. (2006). Teori-Teori
Psikologi. Bandung: Nusa Media dan Nuansa.
0 komentar: