Author: Nur Purnama N.
•10.54

1.    Puncak dari kemarahan seorang perempuan ialah diam, sebab ia sudah merasa suaranya tidak lagi didengar sehingga lebih baik bungkam dan melakukan pembiaran.
2.    Lebih menyakitkan didiamkan oleh perempuan yang kita cintai daripada dicereweti, sebab saat perempuan masih cerewet itu pertanda masih peduli untuk menjadikan kita lebih baik lagi dalam membijaksanakan penghidupan
3.   Perempuan tidak mungkin cerewat jika kita mampu mencukupi kebutuhan lahir-batinnya, jadi serupa rambu-rambu lalu lintas, saat perempuan cerewet makan itu sudah lampu kuning agar kita segera berlalu dari jebakan lampu merah kemalasan, menuju hijau untuk menjalani kesuksesan.
4.      Jangan menafsirkan keluhan perempuan sebagai kesialan, justru itu anugerah terbaik yang diberikan Allah sebagai upaya penyadaran hakikatnya lelaki itu imam rumah tangga yang mestinya setingkat lebih tinggi dalam hal kemantapan pola pikir dan kesabaran
5.   Berbahagialah sebab perempuan di sampingmu masih menyediakan suaranya untuk menegurmu ketika ada kekurangan, bukankah hal itu uuga dirimu inginkan saat memilihnya menjadi pendamping hidupmu yakni saling menyempurnakan
6.      Percayalah, perempuan itu menginginkan lelakinya terus berkembang dalam segala hal, sebab ia tak mau melampaui imam rumah tangganya sehingga saat melihat ada kekurangan dalam diri seorang lelaki, perempuan itu merasa perlu untuk mengambil kebijkan dalam mengingatkan sebelum lelakinya mengalami kegagalan.
7.  Dari itu kepada kaum lelaki, mari berfikir dewasa bahwa hanya kita yang bertanggungjawab juga memiliki hak untuk menyemangati dengan caranya sendiri dan tak jarang melalui kecerewetan, sehingga lelaki merasa tertampar harga dirinya untuk kemudian lebih fokus menata masa depan.

Sumber: Islampos
This entry was posted on 10.54 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: