•10.54
1. Puncak dari kemarahan seorang perempuan ialah
diam, sebab ia sudah merasa suaranya tidak lagi didengar sehingga lebih baik
bungkam dan melakukan pembiaran.
2. Lebih menyakitkan didiamkan oleh perempuan yang
kita cintai daripada dicereweti, sebab saat perempuan masih cerewet itu
pertanda masih peduli untuk menjadikan kita lebih baik lagi dalam
membijaksanakan penghidupan
3. Perempuan tidak mungkin cerewat jika kita mampu
mencukupi kebutuhan lahir-batinnya, jadi serupa rambu-rambu lalu lintas, saat
perempuan cerewet makan itu sudah lampu kuning agar kita segera berlalu dari
jebakan lampu merah kemalasan, menuju hijau untuk menjalani kesuksesan.
4. Jangan menafsirkan keluhan perempuan sebagai
kesialan, justru itu anugerah terbaik yang diberikan Allah sebagai upaya
penyadaran hakikatnya lelaki itu imam rumah tangga yang mestinya setingkat
lebih tinggi dalam hal kemantapan pola pikir dan kesabaran
5. Berbahagialah sebab perempuan di sampingmu masih
menyediakan suaranya untuk menegurmu ketika ada kekurangan, bukankah hal itu
uuga dirimu inginkan saat memilihnya menjadi pendamping hidupmu yakni saling
menyempurnakan
6. Percayalah, perempuan itu menginginkan lelakinya
terus berkembang dalam segala hal, sebab ia tak mau melampaui imam rumah
tangganya sehingga saat melihat ada kekurangan dalam diri seorang lelaki,
perempuan itu merasa perlu untuk mengambil kebijkan dalam mengingatkan sebelum
lelakinya mengalami kegagalan.
7. Dari itu kepada kaum lelaki, mari berfikir
dewasa bahwa hanya kita yang bertanggungjawab juga memiliki hak untuk
menyemangati dengan caranya sendiri dan tak jarang melalui kecerewetan,
sehingga lelaki merasa tertampar harga dirinya untuk kemudian lebih fokus
menata masa depan.
Sumber: Islampos